Pohon Gaharu Ini Disebut Nabi Muhammad Turun dari Surga, Ternyata Banyak Ada di RI
 |
| Foto: Aquilaria malaccensis atau disebut dengan pohon gaharu. (Dok. indiabiodiversity) |
- Dalam Agama Islam, tidak diperbolehkan menjadikan benda sebagai berhala. Namun ternyata, sumber-sumber tradisional Islam menyebut ada lima benda yang dipercaya turun dari surga, yakni tongkat Nabi Musa, Buah Tin, cincin Nabi Sulaiman, Hajar Aswad, dan Kayu Gaharu. Khusus benda terakhir, Nabi Muhammad kembali menegaskan posisinya dalam salah satu riwayat yang dituturkan Imam Bukhari. Menurut Nabi Muhammad gaharu tak hanya turun dari surga, tetapi kelak akan dipakai penghuni surga.
Golongan penghuni surga yang pertama kali masuk surga adalah berbentuk rupa pada malam bulan purnama. Nyala perdupaan mereka adalah gaharu."
Boleh percaya atau tidak, gaharu yang punya posisi penting tersebut ternyata bukan benda asing dalam sejarah Indonesia. Sebab gaharu adalah tanaman khas tropis, salah satunya, berasal dari Indonesia. Artinya, kesaksian atas gaharu oleh Nabi Muhammad diyakini juga hasil perdagangan dari Indonesia.
Gaharu sebenarnya bukan pohon biasa, melainkan tanaman sakit. Aroma wangi khas berasal dari infeksi mikroba atau jamur pada tanaman gaharu (Agarwood) yang terluka. Peneliti Ashley Buchanan di Daily Jstor menulis, tanaman gaharu yang terluka hanya mencapai 7-10% populasi. Berarti, ketidakseimbangan penawaran dan penawaran membuatnya langka dan berharga mahal.
Di Indonesia, gaharu banyak ditemukan di Sumatera. Kerajaan-kerajaan kuno sudah melakukan ekspor atas kayu gaharu. Kerajaan Sriwijaya, misalnya, sudah menjual gaharu ke para pedagang Arab selama masa eksistensi sejak abad ke-7 sampai ke-11 Masehi.
Sejarawan Denys Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya (1996) menyebut, gaharu diperdagangkan bersamaan dengan kapur barus, cendana, dan rempah-rempah lain. Soal kapur barus, tanaman ini juga disebut Al-Quran akan dipakai penghuni surga. Lagi-lagi, Indonesia menjadi tempat tanaman yang berasal dari surga.
Selain ke Arab, Denys Lombard juga menyebut gaharu dijual ke pedagang Mesir. Salah satunya adalah pedagang kaya raya Abu al-Abbas.
Diceritakan, al-Abbas kerap membawa kapal super besar dari Samudera Hindia hanya untuk membawa kayu gaharu dari Sumatera dan keramik-keramik dari China. Setiap kali al-Abbas menjual gaharu, Denys Lombard menyebut kekayaan berlipat ganda. Hal ini menandakan bahwa gaharu Sumatera sangat bernilai tinggi di pasar dunia.
Boleh percaya atau tidak, gaharu yang punya posisi penting tersebut ternyata bukan benda asing dalam sejarah Indonesia. Sebab gaharu adalah tanaman khas tropis, salah satunya, berasal dari Indonesia. Artinya, kesaksian atas gaharu oleh Nabi Muhammad diyakini juga hasil perdagangan dari Indonesia.
Gaharu sebenarnya bukan pohon biasa, melainkan tanaman sakit. Aroma wangi khas berasal dari infeksi mikroba atau jamur pada tanaman gaharu (Agarwood) yang terluka. Peneliti Ashley Buchanan di Daily Jstor menulis, tanaman gaharu yang terluka hanya mencapai 7-10% populasi. Berarti, ketidakseimbangan penawaran dan penawaran membuatnya langka dan berharga mahal.
Di Indonesia, gaharu banyak ditemukan di Sumatera. Kerajaan-kerajaan kuno sudah melakukan ekspor atas kayu gaharu. Kerajaan Sriwijaya, misalnya, sudah menjual gaharu ke para pedagang Arab selama masa eksistensi sejak abad ke-7 sampai ke-11 Masehi.
Sejarawan Denys Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya (1996) menyebut, gaharu diperdagangkan bersamaan dengan kapur barus, cendana, dan rempah-rempah lain. Soal kapur barus, tanaman ini juga disebut Al-Quran akan dipakai penghuni surga. Lagi-lagi, Indonesia menjadi tempat tanaman yang berasal dari surga.
Selain ke Arab, Denys Lombard juga menyebut gaharu dijual ke pedagang Mesir. Salah satunya adalah pedagang kaya raya Abu al-Abbas.
Diceritakan, al-Abbas kerap membawa kapal super besar dari Samudera Hindia hanya untuk membawa kayu gaharu dari Sumatera dan keramik-keramik dari China. Setiap kali al-Abbas menjual gaharu, Denys Lombard menyebut kekayaan berlipat ganda. Hal ini menandakan bahwa gaharu Sumatera sangat bernilai tinggi di pasar dunia.
 |
Foto: Kayu Gaharu (Photo HASSAN AMMAR/AFP via Getty Images) A Saudi man holds a handful of Oud or Agarwood at his shop in Riyadh, 10 October 2007. Oud, also known by the names Agrawood and Aloeswood, in the resinous aromatic heartwood of the Aquilaria tree, native to southeast Asia, that is highly valued for its pleasing fragrance and thus used as incense. Oud is one of the products that Saudi Muslims traditionally stock-up on in preparation for the Eid al-Fitr festivities that mark the end of Ramadan. AFP PHOTO/HASSAN AMMAR (Photo credit should read HASSAN AMMAR/AFP via Getty Images) Dalam berita-berita China juga disebutkan bahwa gaharu sudah diperdagangkan dari Sumatera ke berbagai wilayah dunia. |
Arkeolog Slamet Mulyana dalam Sriwijaya (2006) menceritakan, gaharu tercatat dalam berita China sebagai komoditas ekspor dan upeti dari Kerajaan Pahang dan Kelantan di Malaya ke Kekaisaran China. Mereka mengirim gaharu bersamaan dengan emas sebagai upeti dan meminta perlindungan kepada China. Di China, gaharu memang sering digunakan untuk kegiatan keagamaan sejak 1.500 Sebelum Masehi (SM).
Selain di Selatan Sumatra, wilayah sumber gaharu lain adalah Sumatera Barat. Penjelajah Tome Pires dalam Suma Oriental (1515) bersaksi, banyak pedagang dari Gujarat, India, mendatangi Sumatra Barat untuk mendapatkan kayu gaharu dan komoditas lain.
Arkeolog Slamet Mulyana dalam Sriwijaya (2006) menceritakan, gaharu tercatat dalam berita China sebagai komoditas ekspor dan upeti dari Kerajaan Pahang dan Kelantan di Malaya ke Kekaisaran China. Mereka mengirim gaharu bersamaan dengan emas sebagai upeti dan meminta perlindungan kepada China. Di China, gaharu memang sering digunakan untuk kegiatan keagamaan sejak 1.500 Sebelum Masehi (SM).
Selain di Selatan Sumatra, wilayah sumber gaharu lain adalah Sumatera Barat. Penjelajah Tome Pires dalam Suma Oriental (1515) bersaksi, banyak pedagang dari Gujarat, India, mendatangi Sumatra Barat untuk mendapatkan kayu gaharu dan komoditas lain.
Setiap tahun, ada 1-3 kapal asal Gujarat berkunjung ke Pariaman hanya untuk membawa gaharu. Kelak, gaharu tersebut akan dijual lagi ke Jazirah Arab dengan harga sanga tinggi.
Sampai sekarang, proses jual beli tersebut masih tetap dilakukan. Sekalipun sudah berlangsung ribuan tahun, nilai jual gaharu tetap tinggi. Kini, harga 1 Kg gaharu berkisar US$20.000-US$100.000 (sekitar Rp324 juta-Rp1,6 miliar rupiah).
Panduan Praktis Menanam Pohon Gaharu
1. Pemilihan Lokasi yang Tepat: Pertimbangkan faktor-faktor seperti iklim, curah hujan, ketinggian tempat, dan kualitas tanah. Pohon gaharu biasanya tumbuh subur di daerah yang memiliki curah hujan yang cukup, suhu tropis hingga subtropis, dengan tingkat kelembaban yang cukup.
2. Penyiapan Lahan: Pastikan lahan yang akan digunakan telah dibersihkan dari gulma dan hama. Tanah perlu digemburkan agar akar pohon dapat tumbuh dengan baik. Jika tanah Anda kurang subur, tambahkan pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah.
3. Pemilihan Bibit Unggul: Pilih bibit pohon gaharu yang berkualitas dari pembibit terpercaya. Pastikan bibit memiliki akar yang sehat dan bebas dari penyakit. Ukuran bibit yang biasa digunakan adalah sekitar 30-50 cm.
4. Penanaman: Buat lubang tanam yang cukup besar untuk menampung akar bibit dengan nyaman. Setelah menempatkan bibit di dalam lubang, tutup dengan tanah dan padatkan sedikit agar bibit tetap stabil. Jarak antara bibit sebaiknya sekitar 3-4 meter untuk memberikan ruang yang cukup bagi pertumbuhan pohon.
5. Perawatan Rutin: Pohon gaharu membutuhkan perawatan yang baik untuk tumbuh dengan optimal. Beberapa langkah perawatan meliputi penyiraman secara teratur, pemangkasan cabang yang rusak, dan pemupukan secara berkala. Pastikan untuk memonitor perkembangan tanaman dan merespons masalah potensial dengan cepat.
6. Perlindungan terhadap Hama dan Penyakit: Lakukan langkah-langkah pencegahan untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit. Anda dapat menggunakan pestisida organik atau bahan-bahan alami lainnya yang ramah lingkungan.
7. Proses Gaharu Terbentuk: Gaharu adalah hasil dari respons pertahanan pohon terhadap cedera atau infeksi bakteri. Jadi, setelah beberapa tahun, terutama sekitar 7-10 tahun setelah penanaman, sebagian pohon akan mengalami kerusakan atau cedera ringan. Inilah saatnya gaharu mulai terbentuk. Perlu diketahui bahwa tidak semua pohon gaharu akan menghasilkan gaharu, sehingga perlu diawasi dengan seksama.
8. Panen dan Pengolahan: Setelah gaharu terbentuk, pohon dapat dipanen. Pilih gaharu dengan kualitas terbaik dan bersihkan dengan hati-hati. Proses selanjutnya melibatkan pengeringan dan pengolahan lebih lanjut, tergantung pada tujuan dan pasar yang dituju.
9. Pemasaran dan Penjualan: Penting untuk memiliki rencana pemasaran yang baik untuk mengamankan pembeli potensial dan mengoptimalkan keuntungan. Jaringan dan pengetahuan tentang pasar gaharu sangat berharga untuk meningkatkan peluang sukses dalam menjual hasil panen.
Kesimpulan: Menanam pohon gaharu bisa menjadi investasi jangka panjang yang menguntungkan, tetapi juga membutuhkan ketelatenan dan dedikasi. Dengan pemilihan bibit yang tepat, perawatan yang cermat, dan pemahaman tentang proses terbentuknya gaharu, para petani dapat mencapai keberhasilan dalam menanam pohon gaharu dan memanfaatkan potensi nilai tinggi dari tanaman ini. Ingatlah untuk selalu menjaga keberlanjutan dan berkontribusi pada pelestarian lingkungan saat mengelola kebun gaharu.
 |
| Bibit pohon gaharu |
0 comments:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjunganya semoga bermanfaat